wadah fiksi, mimpi, dan imajinasi [saya dan mereka]. saat realitas, cukup menjemukan dan serba terbatas

19.23 - 23.19

/ /
19.23
Asap putih itu sempat mengambang di udara. Bertahan sejenak antara mereka sebelum hilang terhempas angin. Dua teman lama. Berbeda kelamin. Tak terlalu karib. Cukup dekat. Sekedar cukup. Malam itu mereka bertatap muka. Berbicara. Tertawa. Semua biasa saja. Tak seperti dulu, bagi si perempuan. Dulu, semua lakon itu harta. Istimewa. Setiap detail membuat si perempuan bahagia. Meski semua euphoria disaluti ketidakjelasan ; sesuatu yang tak terselesaikan antara mereka.

20.33
Perempuan pemimpi itu menatap lekat rupa si laki-laki. Menerka-nerka apakah benar rasa itu telah tiada. Ia sedikit takut detak tak beraturan itu muncul lagi. Menyamar seolah-olah telah mangkat dari hati. Namun semuanya tenang. Telapak tangannya tak lagi terbalut dingin kalut. Tak ada lagi napas-napas panjang yang sengaja dihirup untuk mengatur desir asing yang dulu kerap bertandang. Perempuan itu tertunduk, bersyukur. Ternyata ia sanggup. Senyum tipis ia pasang saat kembali mengangkat kepala, memandang rupa lelaki sendu yang dulu kerap ia rindu.

20.33
Laki-laki itu ikut tersenyum. Ia duduk bersila di depan perempuan yang juga bersila. Mendengarkannya berceloteh tentang apa saja. Sesekali si laki-laki berdiri. Sesekali mondar-mandir, dengan mata tak lepas dari perempuan yang dulu pernah menawarkan rasa untuknya lewat canda ; yang buat dirinya tertunduk dalam ketidakmengertian.

23.19
Asap putih itu tak ada lagi. Pun rokok-rokok mereka telah habis terbakar. Terhisap, saja sisakan puntung-puntung. Dan mereka beranjak. Melangkah,,terpisah..

0 comments:

Popular Posts

 
Copyright © 2010 [reservoir], All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger