Hanya satu kalimat.
Empat patah kata.
Dan si perempuan terserang euphoria.
Tangannya dingin dan ia tersenyum. Kemudian ingat mengapa ia selalu merasa nyaman saat berbincang dengan sosok yang kadang begitu membuka diri dan dekat, namun kadang membuat sekat.
Sudah lama mereka tak bersua. Tak berbagi cerita. Sang laki-laki menghilang dan si perempuan tahu sia-sia saja ia mencari. Toh memang begitulah si laki-laki. Datang dan pergi sesuka hati. Membuat janji kemudian mengingkari. Dan perempuan juga tahu, hati memang lancang. Menjatuhkan diri di tempat-tempat yang salah. Padahal logika sudah memberi berbagai wejangan, petuah, nasehat, dan padanan kata lainnya. Intinya sama; tempat itu bisa menimbulkan luka. Luka kecil yang kadang lama sembuh. Luka yang kadang dianggap sudah sembuh, padahal masih sisakan perih.
Namun si perempuan juga tahu tentang rindu. Tentang hal-hal yang membuat mereka berbincang berjam-jam kala banyak orang terlelap. Tentang buku-buku berisi kisah menarik. Tentang alunan nada yang seharusnya didengar. Tentang film-film yang tak akan pernah membuat bosan. Tentang rutinitas yang menjemukan. Tentang impian yang kadang terlampau absurd. Tentang banyak kesamaan.
Kecuali rasa..
Dari satu untuk yang lainnya…
10.02.2010 // 00:54