wadah fiksi, mimpi, dan imajinasi [saya dan mereka]. saat realitas, cukup menjemukan dan serba terbatas

BUMI PARA PERI

/ /
Bukan bintang dan hitam langit, melainkan remang fajar, yang mengiringi perjalananku ke dunia mimpi; kali terakhir. Di sana kutemui ragamu.Terduduk.Dengan raut tersembunyi lengan dan kaki terlipat.Menunduk.Bersedekap.Menggigil.Karena cuaca seperti mau beku; dugaku.Namun kemudian aku tahu, getar tubuhmu tak sebab angin yang berhembus lalui alam bunga tidur.Dingin itu bercokol di dadamu, di jiwamu..

Kau lelah.Mencari rupa yang sempat kau akrabi.
Kau lelah.Sendiri.
Kau lelah.Tak jua hempas sepi.
Kau lelah.Menyimpan puisi-puisi
[Telah penuh laci-laci puji]

Menangis tanpa air mata,
kau bisa.
Kau tampak sudah biasa.
Aku dengar.Aku lihat
Hanya isak yang menyayat
Benar-benar menyayat.
Bahkan kabut ikut memucat meniru mayat.
Pilumu mematung..

.................................................................

Pagi titahkan pelupuk agar bosan terpejam.Hari yang sama.Dua dunia yang berbeda; terpisah secarik tirai tipis kesadaran.Kucoba memanggil nyawa-nyawa.Untuk yakinkan diri bahwa aku sepenuhnya telah terjaga.Aku yakin aku telah terjaga.Karena sosokmu yang memeluk diri sendiri tak lagi ada.Kucoba singkap tanya, "sudahkah kau terjaga?"
Karena aku takut.Sungguh takut.Kau lalu lalang di dunia nyata menyeret bongkahan nestapa..Dari bumi para peri..

jatinanor//25.05.2006

0 comments:

Popular Posts

 
Copyright © 2010 [reservoir], All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger